Selasa, 25 Desember 2012

UJIAN AKHIR SEMESTER

KIMIA BAHAN ALAM

Nama : SAPRIZAL
NIM    : RRA1C110028
1. Jelaskan dalam jalur biosintesis triterpenoid, identifikasilah faktor-faktor penting yang sangat menentukan dihasilkannya triterpenoid dalam kuantitas yang banyak.
JAWABAN:
BIOSINTESIS TRITERPENOID
 
 
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis Triterpenoid adalah asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalinat, reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforialsi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasimenghasilkan  isopentenil (IPP) yang selanjutnya berisomerisasi menjadi dimetil alil piropospat (DMAPP) oleh enzim isomeriasi. IPP sebagai unti isoprene aktif bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP.Penggabungan ini terjadi karena serangan electron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan electron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat yang menghasilkan geranil.pirofosfat (GPP).
            Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama menghasilkan Farnesil pirofosfat (FPP). Tritepenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai fungsi siklik pada siklik tertentu.
Faktor penyebab Struktur terpenoid yang bermacam ragam timbul akibat dari reaksi sekunder berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi atas geranil, farnesil, dan geranil-geranil pirofosfat.
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehida atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik, yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat-H2SO4 pekat-Kloroform) yang dengan kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau biru.
Triterpenoid dapat dipilih menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa : triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung.
Pada proses biosintesis enzim-enzim yang bekerja, pH dan temperatur menjadi faktor penting keberhasilan terbentuknya senyawa hasil proses biosintesis seperti, senyawa triterpenoid.Untuk memperoleh kandungan senyawa bioaktif pada tumbuhan faktor penting yang harus diperhatikan adalah cara pengambilannya dengan menggunakan metode-metode pemisahan yang ada, seperti metode maserasi, destilasi, dekantasi, sentrifugasi, sokletasi, metode ekstraksi dan lain sebagainya. 
Pelarut yang digunakan dalam proses pengambilan senyawa juga menjadi faktor penentu. Pelarut yang sesuai dan baik akan menghasilkan senyawa hasil yang baik juga. Untuk senyawa terpenoid pada umumnya larut dalam lemak dan pelarut organik seperti eter dan alkohol. Kebanyakan golongan senyawa triterpenoid pelarut yang digunakan adalah n-heksan dan etil asetat.

2. Jelaskan dalam penentuan struktur flavonoid, kekhasan signal dan intensitas serapan dengan menggunakan spektrum IR dan NMR. Berikan dengan contoh sekurang-kurangnya dua struktur yang berbeda.
JAWABAN:
Metode yang digunakan untuk identifikasi ialah metode spektrofotometer UV-Vis. Ketiga isolat hasil KLT yang telah dikerok dan disentrifuge kemudian dibaca pada alat spektrofotometer UV-Vis menggunakan pelarut baku metanol. Dari ketiga isolat tersebut, isolat ketiga yang memiliki hasil spektrum senyawa flavonoid yaitu flavonol seperti yang bisa dilihat pada gambar.


 
Gambar . Spektrum UV-Vis pada panjang gelombang 200-400 nm.
Dari hasil spektrum yang tampak, terdapat dua pita pada isolat ketiga. Pita pertama mempunyai panjang gelombang 372 nm pada absorbansi 0,252 dan pita kedua mempunyai panjang gelombang 276 nm pada absorbansi 0,532 ini menandakan bahwa isolat yang dibaca positif mengandung flavonol. Hal ini diperkuat oleh markham (1988) bahwa rentang serapan spektrum flavonol mempunyai panjang gelombang 350-385 nm pada pita pertama dan pita kedua pada panjang gelombang 250-280 nm. Jika dibandingkan dengan pembading rutin flavonol yaitu kuesertin seperti pada gambar  hasil yang didapat mempunyai rentang separan yang sama yaitu pita pertama terdapat antara panjang gelombang 350-385 nm yaitu 377 nm dan pita kedua pada panjang gelombang 250-280 nm yaitu 280 nm. Hal ini memperkuat hasil yang di dapat bahwa isolat ketiga positif mengandung flavonol.
 
 
Gambar . Spektrum UV-Vis pembanding rutin kuersetin pada panjang gelombang 200-400 nm.

Spektrofotometer UV-Vis merupakan suatu metode yang digunakan untuk identifikasi struktur dari suatu senyawa. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid yang didapat dari hasil pemisahan senyawa dengan KLT. Pemakaian kuersetin dalam Spektrofotometer UV-Vis sebagai pembanding rutin dikarenakan kuersetin merupakan senyawa yang paling luas penyebarannya dan 25% terdapat pada tumbuhan. Flavonol merupakan salah satu jenis flavonoid yang paling banyak ditemukan dalam bunga maupun daun tumbuhan, hanya sedikit sekali yang ditemukan pada bagian tanaman yang berada di bawah permukaan tanah. Flavonol terdiri atas kuersetin, kaemferol, dan mirisetin. Kuersetin umumnya merupakan komponen terbanyak dalam suatu tanaman.
QUERCETIN
KAEMFEROL

3. Dalam isolasi alkaloid, pada tahap awal dibutuhkan kondisi asam atau basa. Jelaskan dasar penggunaan reagen tersebut, dan berikan contohnya sekurang-kurangnya tiga macam alkaloid.
JAWABAN:
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa.
Alkaloid diekstrak dari tumbuhan yaitu daun, bunga, buah, kulit, dan akar yang dikeringkan lalu dihaluskan. Cara ekstraksi alkaloid secara umum adalah sebagai berikut :
a. Alkaloid diekstrak dengan pelarut tertentu, misalnya dengan etanol, kemudian diuapkan.
b. Ekstrak yang diperoleh diberi asam anorganik untuk menghasilkan garam amonium kuartener kemudian diekstrak kembali.
c. Garam amonium kuartener yang diperoleh direaksikan dengan natrium karbonat sehingga menghasilkan alkaloid–alkaloid yang bebas kemudian diekstraksi dengan pelarut tertentu seperti eter dan kloroform.
d. Campuran – campuran alkaloid yang diperoleh akhirnya dipisahkan melalui berbagai cara,  misalnya metode kromatografi (Tobing, 1989).

Ada cara lain untuk mendapatkan alkaloid dari larutan asam yaitu dengan penyerapan memakai pereaksi Lloyd, kemudian alkaloid dielusi dengan basa encer. Alkaloid yang bersifat hidrofob diserap dengan damar XAD-2 lalu dielusi dengan asam atau campuran etanol-air. Banyak alkaloid yang dapat diendapkan dengan pereaksi Mayer (kalium raksa (II) iodida) atau garam Reineccke.

cara isolasi alkaloid secara umum yaitu mengekstrak dengan pelarut organik, pengasaman, pembentukan garam amonium kuartener dengan basa, ekstraksi dengan pelarut organik, dan pemurnian menggunakan kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis, ataupun instrumen-instrumen elektronik (IR,GC-MS,UV-Vis).

Hasil ekstraksi senyawa dari daun tembakau kering.
Sampel
Perlakuan
Pengamatan
Hasil
Daun Tembakau kering
25 gram daun tembakau kering diekstraksi dengan menggunakan metanol 300 mL selama 7 jam
Diperoleh larutan keruh sebanyak 1100 mL dengan warna coklat tua dan terdapat endapan melayang berwarna putih kecoklatan.
Hasil diperoleh dari lapisan atas yaitu lapisan metanol berbentuk cair berwarna coklat tua sebanyak 70 mL
Ekstrak dievaporasi selama 2 jam menggunakan evaporator
Larutan menjadi pekat dengan volume 125 mL

Ekstrak diasamkan dengan H2SO4 2 M sebanyak 25 mL dan diaduk dengan magnetik stirer
Larutan menjadi agak jernih dan dites dengan lakmus biru, kertas menjadi merah
Larutan yang terjadi diekstrak dengan menggunakan kloroform 25 mL sebanyak 3 kali
Lapisan atas : Lapisan metanol yang berwarna coklat tua
Lapisan bawah : Lapisan organik yang berwarna coklat jernih
Ektrak dibasakan dengan NH4OH 2 M bertetes-tetes
Larutan menjadi basa dengan warna kertas lakmus biru
Larutan diektrak lagi dengan kloroform 25 mL sebanyak 3 kali
Lapisan atas : lapisan metanol yang berwarna lebih tua
Lapisan bawah : lapisan organik yang berwarna lebih jernih





Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi wagner atau dragendorff.
Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida.
Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor ultra ungu alkaloid. 
Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi alkloid Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat.
Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5 N, sensitif terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil 1 μg dapat terdeteksi.
 

 
4. Jelaskan keterkaitan diantara biosintesis, metode isolasi dan penentuan struktur senyawa bahan alam . Berikan contohnya.
Senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid dan terpenoid dapat diketahui karakteristinya melalui reaksi yang dialaminya terutama pada reaksi sintesisnya. Dalam isolasi senyawa bahan alam, untuk memastikan senyawa yang ingin kita isolasi benar atau tidak pada hasil akhirnya dilakukan uji spektrum IR dan NMR dengan membandingkan pada literatur terkait.
Contohnya :
Sitesis terpenoid
 
 
Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa pembentukan senyawa-senyawa monoterpen dan senyawa terpenoida berasal dari penggabungan 3,3 dimetil allil pirofosfat dengan isopentenil pirofosfat.
Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul umum (C5H8)n.
Contohnya :
 


Ekstraksi
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Sokletasi
Seberat 1000 g serbuk kering herba meniran disokletasi dengan 5 L pelarut n –heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri.
2. Maserasi
Seberat 1000 g serbuk kering herba meniran dimaserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol dipekatkan lalu dihidrolisis dalam 100 mL HCl 4 M. Hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n – heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri.
 


 
Spektrum massa senyawa puncak I ditampilkan pada Gambar . Berdasarkan data spektrum, senyawa pada puncak I mempunyai berat molekul m/z 278.

Spektrum senyawa pada puncak II ditampilkan pada gambar. Dari data spektrum,senyawa puncak II memiliki berat molekul m/z. Berdasarkan hasil penelusuran internet, terdapat beberapa buah senyawa dengan m/z 335 diantaranya DL-Leucyl-glycyl-DLphenylalanine, 4-metoksi-4-metil-1-(4 nitrophenyl)- decane-1,3-dione, 2-{1-[2-(3,4- dimethoxyanilino)-2-oxoethyl}cyclohexyl}acetic acid, 2-(acetylamino)-3-{3- (cyclopentylmethoxy)-2- methoxyphenyl}propanoic acid. Senyawasenyawa tersebut memang memiliki berat molekul m/z 335 sesuai dengan m/z senyawa pada puncak II.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar